Kanvas
Merah
Aku begitu berantakan hari ini.Di sudut kamar aku cuma bisa
diam menatap sarang laba-laba yang tak jauh mennghiasi sudut kamar.Berbaring di
kasur yang nggak seempuk dulu,aku sembari memperuncing khayalanku yang sejak
sepuluh menit tadi aku menikmati lamunanku.Dari detik ke detik tak juga aku
tahu apa yang sempat membayang di otakku.Selagi aku sadar,aku malah ingin
melupakan kejadian demi kejadian yang terus mengenang.Ah..aku semakin nggak
ngerti...Aku ikutin aja laur yang tak
jelas kemana ini.
Waktu tak nyaman untuk bersantai,jam tanganku menuntut aku
lebih cepat lagi untuk sampai di Kampus tuaku.Aku mengayun Sepedaku dengan
sekuat tenaga,dengan tenaga yang tersisa dari makan semalam,aku harus lebih
kencang lagi.Sejujurnya aku tak bisa lebih fokus dari apa yang ingin segera ke
ungkapkan ke dia,masalah kuliah aku pikir belakangan.srtttttt....Bunyi rem yang
udah usang menandakan aku sampai parkiran kampus kotor ini...aku berlari
terengah-engah..”jaaal!!”aku berhenti mencari suara yang tak jelas dari
mana..aku menemukan temanku memberikan satu lembar kertas,aku sempat berpikir
apakah ada surat cinta pake kertas buram gini?tapi tebakanku salah.Kertas itu
Cuma menunjukkan nama Hafrizal Anggara tidak bisa mengikuti ujian sastra karena
tidak pernah berangkat kuliah dari setengah total jadwal mata kuliah.Aku harus
nemuin dosen jam ini juga katanya.Ya udah,apa boleh buat...
Sudah setengah jam aku di ruangan terkutuk ini.Kalaupun aku
bawa headset aku udah pake dari tadi.Tapi ternyata memang telingaku menjadi congek mendadak karena
saklarnya aku off in.Ceramah-ceramahnya Cuma iklan aja jadinya.Akhirnya waktu
menyuruhku untuk segera keluar dari
ruangan ini.Segera aku memijakkan kaki dengan cepat ke tempat yang sudah
tergambar jelas di pikiranku..dan akupun berhenti.Lemas sudah badan ini,aku
cuman bisa duduk menatap tempat itu sepi,tak kujumpai satu orangpun,walaupun
akhirnya ada seorang petugas pembersih datang memungut sampah.Aku terpaku
sendiri bersama penyesalan karena aku terlalu bermain dengan kesibukan waktu
yang tak berguna.Aku cuma membayangkan betapa kecewanya dia yang udah nungguin
dari 1 jam yang lalu.Moment ku hilang sudah,lidahku terlanjur kaku untuk
menyembunyikan perkataan yang tak kunjung terucap.
Waktu ini jam 8 malam,gerimis kecil menepis hening walaupun cuma
sebentar.Aku hanya sibuk membuka halaman demi halaman novel yang tak begitu
ngerti isinya.Bersama secangkir kopi dan lolipop yang kuputar-putar di mulutku aku berusaha lebih
tenang.Tiba-tiba ada bunyi sms memecah konsentrasiku.Aku mencoba bangun dari
posisiku semula dan aku mencoba membacanya baik-baik.
“Lagi ada acara
nggak?bisa temeni aku keluar sekarang?”
Reflek jariku ternyaca bisa lebih cepat dari biasanya
“iya,aku jemput
sekarang!”
Waktu sudah larut sekali,aku mencoba lebih tahan dengan
angin yang menghembus dengan sangat dingin.Tapi melihat senyumnya lumayan
menghangatkan tubuhku ini.Aku dan dia cuman muter-muter satu tempat yang nggak
ada ujungnya.Dan setelah kaki ini ingin stop,akhirnya kami duduk di kursi kayu
yang kelihatan sedikit kotor.
“aku bosan di
rumah,dan kini aku bisa tenang melihat sang bintang yang kelihatan menari-nari
memanggilku.Aku berasa bebas disini dan aku bisa menghela nafas dari masalah
yang menghimpitku”
Aku nggak ngerti apa maksud kata-kata konotasi itu,Aku tak
punya kamus lengkap untuk menerjemahkannya.
“Emang di rumah nggak
ada bintang ya,sampai-sampai kamu pergi hanya untuk melihatnya.Atau mungkin
kamu kalau di rumah nggak bisa bernafas dengan normal”
Dengan kata-kata yang pas-pasan ini,aku kira akan membuat
dia tertawa ,tapi aku terlalu begok..dia malah jengkel dan seketika berdiri
menjauh dariku.Aku berusaha mengejarnya dan aku pegang tangannya.Aku tatap
matanya yang hitam bersinar..
“maafin aku,aku nggak bermaksud ngecewain kamu dan aku hanya ingin buat kamu tertawa,karena aku rasa mungkin kamu butuh sesuatu yang bisa mencairkan semua masalahmu..sorry kalo memang aku salah”
“maafin aku,aku nggak bermaksud ngecewain kamu dan aku hanya ingin buat kamu tertawa,karena aku rasa mungkin kamu butuh sesuatu yang bisa mencairkan semua masalahmu..sorry kalo memang aku salah”
Dia menatap mataku dalam-dalam begitu juga aku.Aku mulai
merangkai kata-kata yang dari dulu hati maksudkan,dan dengan rinci aku menyusun
abjad serumit scrable dan akhirnya..
Aku tak tahu moment demi moment pupus karena aku nggak bisa mengontrol
waktu.Aku tertidur semalam,sekarang pun
aku nggak mampu bangun dari tempat tidur.Lemas sekali tubuh ini.Aku mencoba
mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya,dan otak pentium rendah ini hanya
mampu mengingat kata-kata yang terputus
karena kegelapan dan kekosongan.Kepalaku sakit sekali,dan hatiku lebih sakit
lagi karena kesempatan kedua hilang sudah.
Perutku udah lumayan ngerock abis suaranya.Daya tampung uda empty.Aku pengen isi ulang ini perut
dengan pergi ke Tukang nasi goreng di seberang perempatan jalan raya.Tapi..kog
mataku terlalu fokus sama suatu hal yang tak seharusnya mataku tahu.Darahku
mengalir cepat,jantungku berakselerasi cepat,keringat dingin mengucur.Aku
melihatnya..melihatnya mesra bersama orang lain.Gelak tawa yang ceria,wajah
yang menyenangkan,obrolan yang tak
kelihatan membosankan.Aku memutar balik arah jalanku,sambil aku tersenyum
mengagumi kebodohanku ini.Ah,,kenapa juga aku ambil pusing!Toh dia kan akan bahagia!
Setelah lama mengorbankan jam kuliah untuk menghabiskan
hibernasiku,akhirnya aku masuk juga.Aku lihat sebuah keramaian di ujung
kelas,Aku sempat mendengar kata-kata ucapan selamat,aku pikir ada yang ulang
tahun.Aku mencoba cari tahu dan...Mungkin ending dari penantian yang akan
sia-sia.Ternyata indera penglihatanku kemarin malam lumayan tepat.Dan sekarang
semuanya udah terbukti.Sebuah rasa pengharapan yang sangat keterlaluan
membuatku jatuh,jatuh dari apa yang aku yakini.Aku begitu yakin akan apa yang
aku rasakan dan percaya dia juga mempunyai pengungkapan yang sama.Tapi
bener-bener bego,kesimpulan klise yang terlalu berani aku ambil.
Waktu itu aku ketemu dengan
teman cewek dari temanku di toko buku,namanya Rani.Kami kenalan dan
akhirnya Kami bisa ngobrol santai tapi lumayan menyenangkan,Dia pintar membuat
kata-kata humor dan aku balas juga dengan ejekan-ejekan kecil.Lumayan lah untuk
teman ngobrol baru.Waktu kami hampir berpisah turun hujan yang lumayan lebat
,dan terpaksa aku pinjemin jaketku ke dia karena dia merasa kedinginan .Setelah
waktu itu terlewati aku jadi sering telfon-telfonan ma dia.Hati kecilku sih
mulai nyaman dengan keberadaannya,mungkin karena memang dia pinter nempatin
diri aja
Aku bangun kesiangan lagi,kebiasaan yang
menjengkelkan.Mungkin mentari sudah kelihatan hafal dengan kebiasanku ini.Aku
lihat ada suatu bungkusandi dekat pintu rumahku.Aku mencoba mengambilnya dan
stelah ku buka isinya ternyata jaketku udah kembali,tapi kog si Rani tau
rumahku?Apa mungkin dari Tito temenku?Hp ku bergetar menandakanada sms masuk.
“Ini dari Rani,kemarin
di titipin ke aku.Jangan sakitin dia...dia suka sama kamu”
Aku tak mengerti apa yang udah terjadi.Setelah aku cari
tahu,aku dikasih tau tito kalau Rani
adik dari cowok yang sempat aku lihat mesra dengan cewek yang aku puja-puja.Dan
kepala ini tiba-tiba berputar-putar dari porosnya.Tak berselang lama hanya ada
kegelapan.
Pagi-pagi aku harus ke kampus untuk ngumpulin tugas,aku ketemu
dia yang sampai sekarang masih ada di hatiku dengan memasang muka judesnya,dan
tak sepatah katapun keluar dari mulut imutnya
“pagi Mia!”
Sapaanku terlalu mentah untuk membuatnya menyapaku,Wajahnya
dipalingkan dengan cepat sekali.Aku salah apa?Aku nggak ngerti.
Kini aku punya sahabat baru yang dulu pernah dekat.Dia
adalah gitar,pensil,buku gambar ataupun kanvas putih.Aku menghabiskan waktu
untuk mengisi dengan sesuatu yang mungkin bisa mengembalikan tawaku.Tapi gitarku
hanya mendayu lagu-lagu yang sekiranya orang normal nggak mau mendengarnya.Lagu
ciptaanku yang hanya telingaku yang bisa mendengar.Dan pensilku semakin tak terarah
menggambar wajah orang cuek,lucu,cerewet,manis itu .Tapi masih untung tangan
ini hanya bisa menggambarnya dari belakang.Hari-hari terasa kosonng sekali,dari
senin dampai jumat akan sama aja seperrti minggu.Tempat berekrspresi adalah
pada sang gitar dan kanvas.
Aku putuskan untuk
pergi ke tempat yang aku inginkan sebelum waktuku habis.aku hanya membawa
sahabat baruku dan sedikit obat.Dengan tas ransel yang tak begitu besar aku
pergi meninggalkan rumah yang mengurungku 6 hari ini.Setelah 4 jam akhirnya aku
melihat hamparan pasir putih yang menenangkan ,Ombak yang berlarian hebat.Ku keluarkan
sahabatku dari tasku.Ku gambar wajah manisnya,dengan kebiasaan yang disukainya,dan
akhirnya selesai.Jam 1.00 pagi mataku masih lumayan kuat juga.Aku mengambil
kanvas terakhirku.Setengah tubuhku udah
terasa kaku sekali,sisa-sisa tenagaku tak tahu lagi tinggal berapa lama akan
bertahan.Ada tetesan-tesan kecil yang menetes ke kanvasku.Warna yang lumayan kelihatan menarik .Pantulan sang bulan
membuat nya makin berkilau merah.Rasanya hidungku sudah seperti kran air yang
bocor.Mungkin inilah waktunya...setelah lama aku merasa bosan karena penyakit
ini.Jari-jari tanganku harus lebih kuat lagi untuk memegang pena ini.Karena
inilah saatnya hatiku bicara lewat pena ini...
“Dear Mia Asti
Aku tak pernah ingin
mengakhiri..dan tak pernah ingin berhenti..untuk selalu ada buatmu.Aku lihat
cahaya itu kian
mendekat,dan kini begitu silau..
Aku berusaha
kembali,tapi ayunan kakiku tak mampu..Aku pasrah
Aku hanya ingin
membuat waktu yang tersisa sedikit ini lumayan berarti
Aku sayang kamu...Kau tak
cukup hanya menjadi yang ku Puja
Tapi kata-kata ini
lumayan terbatas
Akhirya ini semua tiba
dimana kanker otak ini harus membawaku pergi
Andai saja aku boleh
memelukmu kali ini ...
Bahagialah dengannya..
Cuman ini yang hatiku
bisa bilang..
Akan kubawa sampai
nanti
Aku Sayang kamu J”
Sinar putih terpancar semakin luas..dan seketika mataku
terlalu terbatas untuk melihatnya.Akupun tak tahu apakah perasaanmu setelah ini..Kita terpisah
ruang dan waktu.Kalau saja ada jawaban yang indah darimu setelah ini.